Diprediksi Rupiah Berpotensi Jadi Mata Uang Terlemah Asia 2016
Rabu, 23 Desember 2015
7 Comments
Thama blog - Jakarta - Rupiah diprediksi akan kembali menjadi mata uang terlemah di Asia tahun depan akibat menipisnya cadangan devisa dan risiko terjadinya capital outflows.
Dalam dua tahun terakhir mata uang Malaysia Ringgit menjadi yang berkinerja paling buruk di Asia, namun nilai tukar Rupiah diprediksi akan anjlok 6,2% terhadap dolar AS dari 30 November lalu hingga akhir 2016 nanti, dua kali tingkat pelemahan Ringgit, menurut proyeksi sejumlah lembaga yang dikutip media bisnis Bloomberg.
Pada 2012 dan 2013, Rupiah turun paling tajam dibandingkan mata uang negara-negara berkembang lainnya di Asia, melemah 5,9% dan 21% berturut-turut, ketika harga-harga komoditas anjlok dan kebijakan moneter Amerika yang lebih ketat memicu larinya dana dari negara-negara berkembang.
“Rupiah Indonesia berada di ranking tertinggi kami dalam hal kerentanan atas aliran modal (capital-flow vulnerability),” kata Jason Daw, kepala strategi devisa Asia di lembaga konsultan Societe Generale SA, Singapura.
Cadangan devisa Indonesia terus turun dalam sembilan bulan hingga November, dan investor asing memegang 38% obligasi rupiah (local-currency sovereign bonds), yang membuat negara ini rentan atas larinya modal karena the Federal Reserve sudah meningkatkan suku bunga dan perekonomian Tiongkok melemah.
Meskipun Presiden Joko Widodo berusaha mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor komoditas, masa transisi ini akan memakan waktu dan para ekonom memprediksi hanya ada sedikit kemajuan tahun depan.
Societe Generale meramalkan nilai tukar rupiah akan menembus 15.300 per dolar pada akhir 2016, dibandingkan estimasi median 14.750 dalam survei Bloomberg. Dari 23 negara berkembang, hanya Peso Argentina dan Real Brazil yang nilai tukarnya akan jatuh lebih parah dari Rupiah pada periode tersebut.
Cadangan devisa anjlok 10% tahun ini dan mencapai level terendah sejak Desember 2013. Kondisi ini akan membatasi kemampuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah ketika suku bunga The Fed naik dan ekonomi Tiongkok melambat.
Faktor eksternal ini akan menekan harga-harga komoditas dan melemahkan Yuan, dan pada akhirnya memicu capital outflows.
Pemilikan asing atas obligasi rupiah meningkat dari 30% lima tahun lalu menjadi 40% pada Januari nanti. Sebagai perbandingan, pemilikan asing obligasi Malaysia 31% dan Thailand 15%.
Sementara itu Nomura Holdings Inc. lebih optimistis memprediksi nilai tukar rupiah di akhir 2016 menjadi 14.850 per dolar, dibandingkan prediksi awal 15.200.
“Kami lebih optimistis soal proyeksi untuk Indonesia dan Rupiah pada 2016,” kata Dushyant Padmanabhan, salah satu pakar di Nomura.
“Di dalam negeri, kami memprediksi adanya peningkatan permintaan domestik dan belanja modal masyarakat, ketika stimulus fiskal dan moneter mulai membuahkan hasil."
Indonesia semakin kacau gan
BalasHapusYaa, gitu lah gan :)
BalasHapusHehe
Terimakasih atas infonya om
BalasHapusSama sama gan
HapusYang akhirnya berpotensi pada kenaikan harga barang barang
BalasHapusberdoa saja agar rpiah semakin membaik
BalasHapusMudah mudahan gan
Hapus